Saya ingat memiliki seorang sopir, laki laki usia sekitar 25 tahun.Awalnya anak ini tidak jelas pekerjaannya. Hidupnya menumpang di rumah kakak. Katanya dia pernah menyopir sewaktu di kampung. Saya butuh orang maka saya latih dia selayaknya sopir tentara. Belajar disiplin dan tanggung jawab. Setelah melalui pelatihan yang sedikit kenceng , alhamdulillah kini dia sudah layak menjadi sopir pribadi, punya SIM A dan C. Tugas dia sekarang antar jemput anak saya ke sekolah dan les.
Sebelum saya melepas untuk menjadi driver, saya ajak ngobrol untuk mengetahui kepribadian dan latar belakang keluarganya nya. Ternyata anak ini broken home dan ceritanya menarik. Kalo boleh diberi Judul, "Perjuangan Mencari Bapak" Nama panggilannya Mas Bro. Anaknya agak sensitif dan sedikit sentimetil.
Sejak umur bayi merah dia ditinggal bapak ibunya nya. Bapaknya pergi, karena neneknya tidak merestui perkawinan ibunya. Inilah kutipan cerita saya (mas bro) yg penuh emosional.
ketika suami istri berpisah anaklah yang menjadi korban. Siapa yang salah? Ya keduanya salah. Siapa itu ? Ya itu orangtua dan embah saya. Saya mikirnya sebagai anak merasa tidak berarti dan disia siakan. Kedua orang tua awalnya saling suka lalu kawin dan melahirkan anak. Lha setelah lahir, nenek dari bapak bilang tidak suka sama mantu perempuan, karena alasan yang tidak saya mengerti. menurutku bolehlah kita ikuti perkataan ibu kita, tapi jangan mengorbankan anak. Ngikuti ortu boleh tapi jangan melupakan anak. Inilah kemarahan saya sejak kecil.
Bapak saya sama sekali tidak pernah ada keinginan untuk menemui anaknya. kata nenek saya, Ibuku minggat dari rumah, kamu masih bayi merah. Ibuku kenapa ibuku minggat,karena mbah wedok, mbah wedok dari bapak, dulu saya dendam, sekolah setiap hari tawuran terus. Selalu cari gara-gara terus. Teman sekolah saya, Rohmah (pacar saya skrg) tau sy sering bolos, saya lawan guru BP sy, sampai membuat dia nangis. Kata guru BP saya " kamu maunya apa? keluar! keluar! saja. Sejak masuk usia SMP saya ikut ibu saya yang bekerja sebagai pembantu di rumah orang WNA warga Belanda. Tiap bulan ibu dipanggil ke sekolah. saya sdh ikut ibu setelah nenek semakin menua, umur saya 19 tahun masuk di SMP.
Ibu sdh ngontrak sendiri. smp sy di jombang kls 3 SMP alhamdulillah ibu bpk sdh mulai berkomunikasi lagi, sy lulus smp bpk ibu sdh nyambung lagi.ngontrak ngrintis berdua di sby, tdk ikut mbah lagi krn sdh tua. sebenarnya mbah tidak tahan. sejak sy pindah SBY tiap bulan mbah ke sby nengok saya.
Di sby disekolahkan. Tapi dendam saya sama bapak tidak pernah habis. Saya suka emosi minuman keras. terus kuliah di narotama smt 4 pergaulan bebas akhirnya di DO. dengan begitu sy puas bebas balas dendam ke orang tua, biaya apapun sy habiskan,tak hancurnka ortu. berapapun biaya sy habiskan karena sekolah yang suruh bapak,
Kata bapak, saudaramu sarjana semua kamu harus sekolah.Sebenarnya saya gak pengin kuliah tapi ikut saja perkataan bpk krn pengin ngabisin duitnya.
Sejak saya sama bapak agak dimanja. saya tidak mikir ortu.uang buat jajan, lumayan tebel duit bapak. setelah join sama adiknya buka usaha baru,
dendam lama lama hilang,krn minta uang apa selalu dituruti, krn saya keras sama ortu berani, nonton tv remote di depan sama sama tdk berani ubah canel, diam .kalo tidak tahan saya yg keluar, tapi skrg bpk tidak beraningomong cerita, skrg sy yg nyronrndoli,bgni bfgini. lebaran kemarin sy belikan hape kpd bpk ibu..tidak pernah di rumah krn di sby banyak temen.
kalau meninggal sy tidak sedih.
Aku sudah tidak tidak tahan lagi. Hampir setiap orang mengejekku, Aku tidak takut mati, aku akan lawan siapapun,aku tidak ingin terkenal sebagai tukang berantem, aku hanya mudah tersinggung, karenana rasanya hampir semua orang mencibirku. Bahkan guru BP pun sudah menyebahalkan membina. ibumu minggat waktu kamu dhe ku pun saya tantang berantem.
